Mulus tidaknya start-up dan operasi Kilang LNG yang baru dibangun sangat ditentukan diantaranya oleh hal-hal yang dilakukan atau dipersiapkan selama commissioning. Kilang LNG Donggi Senoro ketika dalam masa commissioning secara sadar menerapkan empat hal yang mendukung kelancaran dan kemulusan start-up dan operasi kilang. Keempat hal itu adalah: 1) Clean erect strategy untuk pipa berdiameter besar yaitu 10 inch atau lebih, 2) Menjaga pipa tetap kering dengan nitrogen, 3) Pre-drying Mercury Removal Unit, 4) Early production of defrost gas.
Pada saat desain, DSLNG menggunakan model tiga dimensi untuk menentukan lokasi yang ada sudut-sudut tempat berkumpulnya sisa las sesudah pengelasan. Sebuah team dibentuk yang anggotanya terdiri dari pekerja operasi DSLNG dan kontraktor sejak awal masa konstruksi. Selama konstruksi semua pipa-pipa ini diperiksa sebelum pengelasan, flushing dan uji tekanan. Kebersihan pipa-pipa ini diperiksa pada tahap konstruksi dan precommissioning oleh pekerja operasi DSLNG dengan mengisi dan menandatangani dokumen QC.
Pipa suction Kompresor Multi Component Refrigerant (MR) dan Propan (PR) dibersihkan lebih lanjut setelah pre-commissioning yakni selama kompresor menjalani program nitrogen run. Kebersihannya dikonfirmasikan lewat inspeksi visual terhadap suction strainernya. Saringan halus dipasang pada strainer tersebut dan semuanya dilepaskan setelah mendapat persetujuan dari tim operasi DSLNG. Selama kompresor menjalani program N2 run, valve anti surge kompresor dan inlet filternya dilepas digantikan dengan RO (orifice) untuk mencegah kerusakan valve anti surge. Nitrogen run berlanjut selama lebih dari 4 jam untuk pembersihan secara intensif sistem tsb. Valve ini dipasang kembali setelah selesai N2 run sebelum dioperasikan. Ketika itu semua valve anti surge bekerja dengan mulus tanpa kerusakan disebabkan sampah dari konstruksi selama operasi normal.
Di area LNG loading, inisiatif clean erect ini hasilnya dikonfirmasi lewat strainer pipa LNG loading. Strainer ini dibuka untuk inspeksi visual dan hanya ditemukan sangat sedikit sisa-sia sampah di dalam strainer. Ini bisa dikatakan sebagai proyek LNG pertama oleh JGC dimana strainer pipa LNG loading tidak perlu dibersihkan selama loading LNG pertama kali.
Keberhasilan clean erect yang lainnya terbukti dari rendahnya pressure drop strainer di bottom High Pressure MR Separator. Biasanya strainer ini selalu menunjukkan pressure drop yang tinggi setelah restart bahkan pada normal operasi setelah kilang beroperasi dalam waktu yang lama.
Pada saat commissioning hal lain yang menjadi perhatian adalah proses pengeringan sistem bejana dan perpipan dari uap air. Keberadaan uap air di dalam sistem perpipaan dan bejana bisa menyebabkan masalah besar ketika gas didinginkan. Masalah pertama terjadinya pembentukan hidrat. Selanjutnya pada temperatur yang lebih dingin lagi bisa menyebabkan pembentukan es yang akan menyumbat aliran gas. Pengusiran uap air dari dalam Mercury Removal Unit (MRU) memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu purging dengan nitrogen dilakukan segera setelah sistem MRU siap digunakan dan dilakukan pemeriksaan kandungan uap air. Setelah memenuhi standar, nitrogen tetap dijaga positip di sistem ini agar tetap kering.
Pembangunan Kilang DSLNG selesai tiga bulan lebih cepat dan mencapai ready for start-up (RFSU) sebelum gas umpan siap dari upstream. Beruntung gas untuk commissioning sudah tersedia sehingga bisa dimanfaatkan sebagai gas defrost. Maka diputuskanlah untuk menggunakan gas defrost ini meng-commissioning-kan sistem kompresor refrigeran sehingga bisa menghemat waktu dua minggu.
Helfia Nil Chalis
Comments